Mengatasi Anak Bandel
Monday, 24 April 2017
Edit
Bawaan anak semenjak lahir tidak sama. Ada yang cenderung patuh. Ada yang agak bandel. Namun, bila orang renta mendidiknya secara intensif dan konsisten, maka kebandelan anak tidak akan mencapai tahap yang tidak terkontrol.
Umumnya, anak pembangkang disebabkan oleh lingkungan yang kurang mendukung. Seperti, (a) orang renta kurang peduli atau peduli tapi melaksanakan pembiaran lantaran dianggap masih kecil; (b) lingkungan teman-teman sebaya yang kurang baik; dan (c) pengasuhan anak diserahkan sepenuhnya pada orang lain menyerupai kakek atau nenek atau pembantu.
Pada dasarnya semua anak sanggup dan gampang diatur. Tetapi adanya pembiaran oleh orang renta terhadap kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan ketika balita apalagi lingkungan yang kurang mendukung telah menstimulasi kebandelan-kebandelan kecil itu menjadi kenakalan besar. Ujung-ujungnya, anak sulit diatur. Bandel dan keras kepala. Repotnya lagi, ketika orang renta sudah kehabisan nalar dan merasa tidak bisa mendidik anaknya, mereka kemudian menyerahkannya pada forum pendidikan atau pesantren.
Apa yang harus dilakukan orang renta pada bawah umur yang salah urus dan pembangkang menyerupai itu? Pada usia masuk sekolah, anak sanggup dikualifikasikan menjadi dua: pra-remaja (preadolescene atau preteen) dan terpelajar balig cukup akal (adolescene atau teenager). Pra-remaja yakni anak yang usianya berkisar antara 10 hingga 12 tahun. Sedangkan terpelajar balig cukup akal yakni anak dengan usia 12 hingga 21 tahun.
Tangani Sejak Dini
Seorang anak usia di bawah 10 tahun yang pembangkang akan menjadi anak praremaja yang semakin bandel. Demikian juga seterusnya, anak praremaja yang pembangkang akan menjadi anak terpelajar balig cukup akal yang lebih pembangkang lagi bila dibiarkan. Intinya, tangani kebandelan anak semenjak dini. Jangan menunggu waktu sedikitpun hingga kebandelan itu mencapai puncaknya. Namun, apabila sudah terlanjur, maka berikut beberapa tips untuk menangani anak yang pembangkang atau keras kepala.
Pertama, buka kekerabatan komunikasi. Kunci dari kekerabatan yang sehat dan senang antara orang renta dan anak remajanya yakni komunikasi. Baik dengan ayah maupun ibu. Dan tanda dari kekerabatan yang serasi yakni apabila anak mau membuatkan atau melaporkan permasalahan yang dihadapinya di luar rumah pada orang tuanya.
Kedua, dengarkan. Orang renta terbiasa memberi pendapat atau memberi perintah. Coba sesekali menjadi pendengar. Dengarkan apa yang dinginkan anak dan sesudah itu beri respons yang semestinya. Keras kepala anak akan berkurang apabila beliau merasa didengar. Namun, pada ketika yang sama, orang renta harus membatasi perdebatan. Jangan biarkan anak berbicara terlalu usang dan mendominasi. Dengarkan secukupnya dan ambil keputusan. Anak harus tahu bahwa orang tualah yang berkuasa dan punya otoritas tertinggi di rumah.
Ketiga, selektif menurut skala prioritas. Kalau anak melaksanakan banyak pelanggaran dari hukum yang telah dibuat, maka prioritaskan menangani pelanggaran besar yang harus ditangani lebih dulu. Biarkan pelanggaran kecil dilakukan anak, setidaknya untuk sementara. Pelanggaran besar sanggup bersifat universal atau hanya internal dalam keluarga. Tindakan kriminal yakni salah satu referensi pelanggaran besar yang bersifat universal. Utamakan mengatasi hal ini lebih dulu, dibandingkan pelanggaran besar yang bersifat internal.
Keempat, beri kesibukan positif. Ikutkan training atau kursus keterampilan yang sesuai dengan bakatnya. Jangan biarkan anak bersantai dengan lingkungan yang kurang kondusif. Kelima, berdoa kepada Allah setiap tamat solat lima waktu. Apabila mungkin lakukan solat berjamaah di rumah setiap hari minimal sekali. Dan ajak anak untuk solat tahajjud setiap malam. Bagi seorang muslim, perjuangan yang maksimal yakni perjuangan kasatmata yang diikuti dengan doa kepada yang Maha Kuasa
sumber: blog refleksi
Berbagai Sumber