Memahami Diri Sendiri
Friday, 31 March 2017
Edit
Mungkin hatinya telah hancur berkeping-keping. Namun dalam tidurnya, ia masih bermimpi mengejar matahari. Dunia melihat ia tersenyum, walaupun bekerjsama hatinya menangis. Masih banyak mimpi yang belum diraih dalam hidupnya. Ia masih ingin terbangun dan menatap langit dengan asa yang berkilauan. Tidur ini hanya sementara. Setelah itu, ia akan bangkit lagi. Seandainya ia mempunyai sayap ibarat kupu-kupu, mungkin ia telah terbang tinggi. Terus terbang dan mengepakan sayapnya. Mencari setiap serpihan kehidupan yang masih berantakan di atas bumi. Mencari sebentuk cinta untuk mengisi relung hatinya. Mencari ketenangan jiwa. Memahami hakekat kehidupan. Ya, kehidupan.
Ada tawa dan tangis. Ada senyuman dan kepedihan. Seperti dua mata sisi uang. Saling berhubungan. Menempel satu sama lain. Tidak terpisahkan. Dari situlah insan sanggup mencar ilmu melihat, merasakan, memahami setiap emosi dari dalam jiwa. Emosi yang sanggup terlihat hanya dengan melihat sekejap raut wajah orang lain. Manusia menjalani kehidupan ini dengan tawa dan tangis, senang dan sedih, jatuh dan bangun, cita-cita dan kekecewaan, cinta dan benci, serta kebaikan dan kemaksiatan. Dalam mengekspresikan emosi2 jiwa, insan seringkali menggunakan topeng. Topeng yang menuntupi wajah orisinil mereka. Menutupi perasaan mereka. Seberapa lihai aku menggunakan topeng?? Saya menilai diri aku cukup pandai menggunakan topeng kehidupan. Orang lain sanggup melihat aku tertawa lepas walau hati aku perih sekalipun. Orang lain sanggup melihat aku tersenyum, namun hati aku sedang menangis sejadi-jadinya. Orang lain sanggup melihat aku termenung, tapi dalam hati ada api yang memperabukan semangat untuk sanggup tertawa lagi. Perempuan lebih pandai menggunakan topeng kehidupan. Itu yang aku baca dari beberapa artikel di media massa. Karena inilah lelaki seringkali salah memahami perasaan dari seorang perempuan. Mereka sulit menebak apa yang bekerjsama dirasakan oleh seorang perempuan. Namun penelitian ini belum sanggup dijadikan sebuah teori alasannya yakni masih bersifat subyektif, dan lagi semua wanita belum tentu pandai menggunakan topeng di wajahnya. Ada kalanya sebuah senyum atau tetesan air mata yakni kejujuran yang tidak sanggup dibendung lagi untuk diperlihatkan pada dunia. Beberapa sobat aku menyampaikan bahwa aku ekspresif dalam memperlihatkan apa yang bergejolak di dalam hati. Apapun yang aku rasakan sanggup terlihat dari perilaku saya. Itu kata mereka. Lain lagi dengan beberapa sobat aku yang sungguh mati tidak tau apa yang sedang aku rasakan dalam hati. Walau aku tertawa terbahak-bahak dan tersenyum lebar, mereka tidak tau kesedihan macam apa yang sedang bertengger di relung hati.
Walau begitu, melepaskan topeng kehidupan sejenak sanggup melegakan jiwa. Memberi peluang kepada kita untuk menjadi diri sendiri. Menangis ataupun tertawa, ada orang lain yang sanggup mengulurkan tangan untuk memeluk, membuatkan rasa dan memperlihatkan energi kasatmata pada kita. Atau hanya sekedar meminjam kuping mereka untuk mendengar perih hati. Orang lain sanggup memperlihatkan kekuatan pada kehidupan kita lewat wejangan-wejangan pedas yang menampar jiwa. Mereka memperlihatkan dogma pada diri bahwa semua baik2 saja. Bahwa hidup masih terus berjalan, dan matahari masih tetap bersinar. Dunia sanggup melihat insan tanpa batasan, dengan tawa ataupun air mata. Dan dunia masih ingin melihat itu semua dari manusia. Dari situlah warna-warni kehidupan sanggup terasa, pelajaran berharga sanggup didapatkan. Dengan tawa dan tangis, insan sanggup mencar ilmu memahami arti senang dan syukur. Dan topeng, masih selalu diperlukan sesekali waktu. Yaa,,sesekali waktu saja.
Walau begitu, melepaskan topeng kehidupan sejenak sanggup melegakan jiwa. Memberi peluang kepada kita untuk menjadi diri sendiri. Menangis ataupun tertawa, ada orang lain yang sanggup mengulurkan tangan untuk memeluk, membuatkan rasa dan memperlihatkan energi kasatmata pada kita. Atau hanya sekedar meminjam kuping mereka untuk mendengar perih hati. Orang lain sanggup memperlihatkan kekuatan pada kehidupan kita lewat wejangan-wejangan pedas yang menampar jiwa. Mereka memperlihatkan dogma pada diri bahwa semua baik2 saja. Bahwa hidup masih terus berjalan, dan matahari masih tetap bersinar. Dunia sanggup melihat insan tanpa batasan, dengan tawa ataupun air mata. Dan dunia masih ingin melihat itu semua dari manusia. Dari situlah warna-warni kehidupan sanggup terasa, pelajaran berharga sanggup didapatkan. Dengan tawa dan tangis, insan sanggup mencar ilmu memahami arti senang dan syukur. Dan topeng, masih selalu diperlukan sesekali waktu. Yaa,,sesekali waktu saja.
sumber: all mine
Berbagai Sumber