Metagenesis Flora Paku Dan Lumut - foldersoal.com
Wednesday 25 November 2015
Edit
Metagenesis Tumbuhan Paku dan Lumut- Apa itu metagenesis?, Bagaimana prosesnya pada flora paku dan lumut?, Apakah perbedaan metagenesis flora paku dan lumut?, untuk mengetahui proses dan perbedaannya, lebih jelasnya mari kita bahas satu per satu.
Metagenesis ialah pergiliran keturunan antara generasi seksual dan aseksual; perkembangbiakan seksual yang kemudian diikuti dengan perkembangbiakan aseksual dalam suatu generasi. Setiap generasi mengalami pergiliran keturunan, yaitu dari generasi gametofit (generasi penghasil gamet) ke generasi sporofit (generasi penghasil spora). Metagenesis terjadi pada flora lumut dan paku-pakuan.
Sahabat pembaca, tidak semua organisme bisa mensintesis materi makanannya sendiri. Ada dua kelompok organisme yakni heterotrof dan autotrof. Kelompok organisme heterotrof tidak mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sintesis materi masakan yang dibutuhkannya. Oleh alasannya itu seluruh kebutuhan hidupnya bergantung pada ketersediaan zat organik dari organisme lain atau lingkungannya.
Contoh organisme heterotrof seperti: hewan, jamur, dan beberapa jenis bakteri. Ketiadaan pigmen fotosintetiklah yang mengakibatkan mereka menggantungkan hidupnya kepada organisme lain.
Kelompok organisme autotrof mempunyai kemampuan menyusun zat masakan sendiri. Dengan pinjaman energi dari luar, contohnya energi cahaya matahari, flora sanggup menghasilkan karbohidrat yang penting bagi penyediaan energi untuk dirinya sendiri maupun untuk organisme lain.
Sebagian besar organisme autotrof yang ada di bumi ini termasuk kelompok flora berbiji atau permatophyta.(Gembong Tjitrosoepomo, 2005).
Selain itu alga, lumut (Briophyta), dan flora paku (Pteridophyta) juga mempunyai kemampuan yang sama dalam menciptakan masakan sendiri.
Semua flora mempunyai kemampuan membentuk zat organik dari zat-zat anorganik melalui fotosintesis (bersifat autotrof). Tumbuhan merupakan organisme multiseluler, alasannya tubuh flora tersusun oleh banyak sel, baik sel yang telah mengalami diferensiasi maupun belum mengalaminya. Sel flora mempunyai dinding sel yang tersusun oleh hemiselulosa sehingga bentuk sel flora relatif tetap, tidak gampang mengalami perubahan. Tergantung tingkat kemajuan yang dicapai dalam diferensiasi jaringan, ada flora yang berpembuluh (vaskuler), ada pula yang belum berpembuluh (nonvaskuler).
Cara reproduksi flora juga berbeda-beda, ada yang secara vegetatif maupun secara generatif. Dilihat dari kelengkapan organ yang dimiliki, flora berbiji ( Spermatophyta) merupakan golongan flora paling tinggi tingkatannya. Pada flora ini akar, batang, dan daun telah faktual ada, serta menghasilkan biji sebagai alat perkembangbiakan. Tumbuhan dengan akar, batang dan daun sejati disebut flora berkormus (kormophyta). Atas dasar ciri-ciri itulah maka flora berbiji disebut (kormophyta berbiji). Selain spermatophyta, flora paku (Pteridophyta) juga telah mengatakan ciri-ciri mempunyai akar, batang, dan daun sejati, terutama golongan paku pohon. Jadi, flora paku sanggup dimasukkan ke dalam kelompok kormophyta. Dengan spora yang dibuat dalam kotak spora, flora paku dijuluki sebagai
kormophyta berspora.
Metagenesis Tumbuhan Paku dan Lumut
A. Metagenesisi Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku, paku-pakuan, atau pakis-pakisan ialah sekelompok flora dengan sistem pembuluh sejati (Tracheophyta) tetapi tidak pernah menghasilkan biji untuk reproduksi seksualnya. Alih-alih biji, kelompok flora ini melepaskan spora sebagai alat penyebarluasan dan perbanyakannya, ibarat kelompok organisme mirip lumut dan fungi.
1. Ciri-ciri flora paku
Tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan atau metagenesis. Gametofitnya dinamakan protalium yang merupakan hasil perkecambahan spora haploid. Bentuk protalium ibarat jantung, berwarna hijau, menempel pada substrat dengan memakai rizoid, ukurannya hanya beberapa sentimeter saja.
Protalium menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang bermacam-macam. Generasi sporofit berupa flora paku. Dalam suatu protalium akan dibuat arkegonium (badan penghasil ovum) dan anteridium (badan penghasil spermatozoid). Ovum dan spermatozoid dengan media air akan bertemu, kemudian melebur menjadi zigot.
Selanjutnya zigot akan tumbuh dan bermetamorfosis flora paku yang merupakan sporofit. Pada daun fertil dibuat sporangium (kotak spora), di dalamnya terdapat sel induk spora yang akan membelah secara meiosis membentuk spora haploid. Akhirnya sporangium pecah dan spora-spora keluar. Jika jatuh di kawasan yang sesuai spora akan berkecambah membentuk protalium. Dengan demikian siklus hidup berulang lagi.
Tumbuhan paku merupakan flora kormus, batang berpembuluh, daunnya terdiri daun steril (trofofil) dan daun fertil (sporofil). Batangnya berupa rizoma atau batang berkayu (pada paku pohon). Tumbuhan paku menghasilkan spora, mengalami metagenensis, generasi sporofit berumur panjang, gametofit berupa protalium yang berukuran kecil dan berumur pendek. Menurut spora yang dihasilkan, flora paku dibedakan
menjadi 3 kelompok, yaitu flora paku homospor, heterospor, dan peralihan.
a. Skema/Diagram metagenesis flora paku homospor
Tumbuhan paku yang menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran sama tidak sanggup dibedakan jenisnya antara spora jantan atau spora betina. Contohnya Lycopodium clavatum (paku kawat).
b. Skema metagenesis flora paku heterospor
Tumbuhan paku yang menghasilkan spora dengan bentuk, ukuran, dan jenisnya berbeda yaitu mikrospora (spora berukuran kecil, berjenis jantan), dan makrospora (spora berukuran besar, dan berjenis betina). Contohnya: selaginella sp (paku rane) dan marsilea sp (semanggi).
c. Skema metagenesis flora paku peralihan
Tumbuhan paku yang menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran sama, namun terdapat spora jantan dan spora betina. Contohnya Equisetum debile (paku ekor kuda).
B. Metagenesis Tumbuhan Lumut
Kelompok flora yang belum mempunyai akar, batang, dan daun yang faktual digolongkan dalam golongan Thallophyta, contohnya lumut (Bryophyta). Tumbuhan lumut terdiri atas dua kelas, yaitu kelas Hepaticae (lumut hati) dan kelas Musci (lumut daun). Keduanya berbeda bentuk susunan tubuh dan perkembangan gametangium (lumut hati) serta sporogoniumnya.
Tumbuhan lumut (Bryophyta) belum menampakkan ciri adanya akar sejati. Sederetan sel-sel yang ibarat rambut, menggantikan fungsi akar yang belum dimilikinya. Inilah yang dinamakan rizoid (akar semu) yang berfungsi menyerap air dan zat hara dari kawasan hidupnya. Rizoid juga berfungsi untuk menambatkan tubuh lumut pada kawasan hidupnya.
Batang dan daun sejati belum ditemukan pada lumut, hanya pada lumut daun telah mengatakan kemajuan dengan adanya struktur batang serta daun sederhana, tanpa jaringan pengangkut.
Lumut menyukai kawasan yang teduh dan lembab, contohnya tembok, permukaan batuan, genteng, dan kulit pohon. Di kawasan yang miskin zat organik pun Lumut tetap sanggup hidup di kawasan yang mengandung sedikit zat organik, asalkan mempunyai kelembaban yang cukup. Karena sifat toleran yang sangat tinggi tersebut, maka lumut sanggup tumbuh dimana-mana. Inilah yang menjadi alasan mengapa lumut disebut flora kosmopolit.
Talus berwarna hijau alasannya adanya klorofil menimbulkan lumut bisa melaksanakan sintesis senyawa organik dengan pinjaman sinar matahari. Jadi, lumut bersifat autotrof alasannya tidak bergantung pada organisme lain. Lumut menghasilkan spora sebagai alat perkembangbiakan.
Pada talus penggalan atas lumut yang sudah remaja akan terbentuk tubuh penghasil spora yang dinamakan sporogonium. Sporogonium merupakan perkembangan dari zigot, hasil peleburan spermatozoid yang dibuat oleh anteridium dan ovum yang dibuat oleh arkegonium. Spora dibuat secara meiosis dalam
kotak spora (sporogonium). Jika kotak spora telah masak, dengan gerak higroskopik kotak spora pecah dan spora-spora terlempar keluar. Kemudian spora menyebar pada areal yang luas dengan pinjaman angin. Jika spora jatuh di kawasan lembab akan berkecambah menjadi protonema yang ibarat benang dan tumbuh menjadi lumut baru. Jadi, dalam daur hidupnya lumut mengalami metagenesis atau pergantian keturunan antara generasi gametofit dan generasi sporofit.
Selain secara seksual, lumut juga berkembang biak secara aseksual, yaitu dengan membentuk tunas atau membentuk fragmen talus. Lembaran talus merupakan gametofit alasannya sanggup membentuk arkegonium yang menghsilkan ovum, dan membentuk anteridium yang menghasilkan spermatozoid. Adapun sporogonium yang merupakan hasil pertumbuhan dari zigot merupakan sporofit, alasannya sanggup membentuk spora.
Generasi gametofit mulai dengan spora yang dihasilkan meiosis. Spora ini haploid dan semua sela yang dihasilkan dari sel ini juga haploid termasuk arkegonium dan anteridium (gamet). Jika dua gamet ini melebur membentuk zigot, maka mulailah generasi sporofit. Jumlah kromosom zigot ialah diploid dan semua sel yang diturunkannya melalui mitosis ialah diploid. Kemudian sel-sel tertentu mengalami meiosis yang haploid dan mulailah generasi gametofit.
Demikian perihal Metagenesis Tumbuhan Paku dan Lumut. Semoga bermanfaat
Berbagai Sumber
Metagenesis ialah pergiliran keturunan antara generasi seksual dan aseksual; perkembangbiakan seksual yang kemudian diikuti dengan perkembangbiakan aseksual dalam suatu generasi. Setiap generasi mengalami pergiliran keturunan, yaitu dari generasi gametofit (generasi penghasil gamet) ke generasi sporofit (generasi penghasil spora). Metagenesis terjadi pada flora lumut dan paku-pakuan.
Sahabat pembaca, tidak semua organisme bisa mensintesis materi makanannya sendiri. Ada dua kelompok organisme yakni heterotrof dan autotrof. Kelompok organisme heterotrof tidak mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sintesis materi masakan yang dibutuhkannya. Oleh alasannya itu seluruh kebutuhan hidupnya bergantung pada ketersediaan zat organik dari organisme lain atau lingkungannya.
Contoh organisme heterotrof seperti: hewan, jamur, dan beberapa jenis bakteri. Ketiadaan pigmen fotosintetiklah yang mengakibatkan mereka menggantungkan hidupnya kepada organisme lain.
Kelompok organisme autotrof mempunyai kemampuan menyusun zat masakan sendiri. Dengan pinjaman energi dari luar, contohnya energi cahaya matahari, flora sanggup menghasilkan karbohidrat yang penting bagi penyediaan energi untuk dirinya sendiri maupun untuk organisme lain.
Sebagian besar organisme autotrof yang ada di bumi ini termasuk kelompok flora berbiji atau permatophyta.(Gembong Tjitrosoepomo, 2005).
Selain itu alga, lumut (Briophyta), dan flora paku (Pteridophyta) juga mempunyai kemampuan yang sama dalam menciptakan masakan sendiri.
Semua flora mempunyai kemampuan membentuk zat organik dari zat-zat anorganik melalui fotosintesis (bersifat autotrof). Tumbuhan merupakan organisme multiseluler, alasannya tubuh flora tersusun oleh banyak sel, baik sel yang telah mengalami diferensiasi maupun belum mengalaminya. Sel flora mempunyai dinding sel yang tersusun oleh hemiselulosa sehingga bentuk sel flora relatif tetap, tidak gampang mengalami perubahan. Tergantung tingkat kemajuan yang dicapai dalam diferensiasi jaringan, ada flora yang berpembuluh (vaskuler), ada pula yang belum berpembuluh (nonvaskuler).
Cara reproduksi flora juga berbeda-beda, ada yang secara vegetatif maupun secara generatif. Dilihat dari kelengkapan organ yang dimiliki, flora berbiji ( Spermatophyta) merupakan golongan flora paling tinggi tingkatannya. Pada flora ini akar, batang, dan daun telah faktual ada, serta menghasilkan biji sebagai alat perkembangbiakan. Tumbuhan dengan akar, batang dan daun sejati disebut flora berkormus (kormophyta). Atas dasar ciri-ciri itulah maka flora berbiji disebut (kormophyta berbiji). Selain spermatophyta, flora paku (Pteridophyta) juga telah mengatakan ciri-ciri mempunyai akar, batang, dan daun sejati, terutama golongan paku pohon. Jadi, flora paku sanggup dimasukkan ke dalam kelompok kormophyta. Dengan spora yang dibuat dalam kotak spora, flora paku dijuluki sebagai
kormophyta berspora.
Metagenesis Tumbuhan Paku dan Lumut
A. Metagenesisi Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku, paku-pakuan, atau pakis-pakisan ialah sekelompok flora dengan sistem pembuluh sejati (Tracheophyta) tetapi tidak pernah menghasilkan biji untuk reproduksi seksualnya. Alih-alih biji, kelompok flora ini melepaskan spora sebagai alat penyebarluasan dan perbanyakannya, ibarat kelompok organisme mirip lumut dan fungi.
1. Ciri-ciri flora paku
- Dibandingkan dengan lumut, flora paku mengatakan ciri yang lebih maju. Pada flora paku telah ditemukan akar, batang, dan daun yang sebenarnya.
- Batang flora paku mempunyai pembuluh/berkas pengangkut, ciri ini belum dijumpai pada lumut. Habitus/ perawakannya sangat beranekaragam, mulai dari flora paku dengan daun-daun kecil dengan struktur yang sangat sederhana hingga flora paku dengan daun mencapai 2 meter dengan struktur yang rumit.
- Tumbuhan paku ada yang belum mempunyai batang yang faktual (hanya berupa rizom), tapi juga ada yang mempunyai batang bahwasanya (paku pohon).
- Daun flora paku bermacam-macam, dibedakan berdasarkan ukuran, atau berdasarkan fungsinya. Menurut ukurannya daun flora paku dibedakan menjadi mikrofil (daun berukuran kecil) dan makrofil (daun berukuran besar). Adapun berdasarkan fungsinya daun flora paku dibedakan menjadi daun fertil atau sporofil (daun penghasil spora) dan daun steril atau tropofil (daun untuk fotosintesis). Daun penghasil spora biasanya juga sanggup berfungsi untuk fotosintesis, daun semacam ini disebut troposporofil.
- Habitat flora paku ada yang di tanah, ada yang epifit pada pohon lain dan ada yang hidup di air. Karena itu ada tiga macam flora paku, yaitu paku tanah, paku epifit, dan paku air. Umumnya flora paku menyukai kawasan yang teduh dengan tingkat kelembaban udara yang tinggi.
Tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan atau metagenesis. Gametofitnya dinamakan protalium yang merupakan hasil perkecambahan spora haploid. Bentuk protalium ibarat jantung, berwarna hijau, menempel pada substrat dengan memakai rizoid, ukurannya hanya beberapa sentimeter saja.
Protalium menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang bermacam-macam. Generasi sporofit berupa flora paku. Dalam suatu protalium akan dibuat arkegonium (badan penghasil ovum) dan anteridium (badan penghasil spermatozoid). Ovum dan spermatozoid dengan media air akan bertemu, kemudian melebur menjadi zigot.
Selanjutnya zigot akan tumbuh dan bermetamorfosis flora paku yang merupakan sporofit. Pada daun fertil dibuat sporangium (kotak spora), di dalamnya terdapat sel induk spora yang akan membelah secara meiosis membentuk spora haploid. Akhirnya sporangium pecah dan spora-spora keluar. Jika jatuh di kawasan yang sesuai spora akan berkecambah membentuk protalium. Dengan demikian siklus hidup berulang lagi.
Tumbuhan paku merupakan flora kormus, batang berpembuluh, daunnya terdiri daun steril (trofofil) dan daun fertil (sporofil). Batangnya berupa rizoma atau batang berkayu (pada paku pohon). Tumbuhan paku menghasilkan spora, mengalami metagenensis, generasi sporofit berumur panjang, gametofit berupa protalium yang berukuran kecil dan berumur pendek. Menurut spora yang dihasilkan, flora paku dibedakan
menjadi 3 kelompok, yaitu flora paku homospor, heterospor, dan peralihan.
a. Skema/Diagram metagenesis flora paku homospor
Tumbuhan paku yang menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran sama tidak sanggup dibedakan jenisnya antara spora jantan atau spora betina. Contohnya Lycopodium clavatum (paku kawat).
b. Skema metagenesis flora paku heterospor
Tumbuhan paku yang menghasilkan spora dengan bentuk, ukuran, dan jenisnya berbeda yaitu mikrospora (spora berukuran kecil, berjenis jantan), dan makrospora (spora berukuran besar, dan berjenis betina). Contohnya: selaginella sp (paku rane) dan marsilea sp (semanggi).
c. Skema metagenesis flora paku peralihan
Tumbuhan paku yang menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran sama, namun terdapat spora jantan dan spora betina. Contohnya Equisetum debile (paku ekor kuda).
B. Metagenesis Tumbuhan Lumut
Kelompok flora yang belum mempunyai akar, batang, dan daun yang faktual digolongkan dalam golongan Thallophyta, contohnya lumut (Bryophyta). Tumbuhan lumut terdiri atas dua kelas, yaitu kelas Hepaticae (lumut hati) dan kelas Musci (lumut daun). Keduanya berbeda bentuk susunan tubuh dan perkembangan gametangium (lumut hati) serta sporogoniumnya.
Tumbuhan lumut (Bryophyta) belum menampakkan ciri adanya akar sejati. Sederetan sel-sel yang ibarat rambut, menggantikan fungsi akar yang belum dimilikinya. Inilah yang dinamakan rizoid (akar semu) yang berfungsi menyerap air dan zat hara dari kawasan hidupnya. Rizoid juga berfungsi untuk menambatkan tubuh lumut pada kawasan hidupnya.
Batang dan daun sejati belum ditemukan pada lumut, hanya pada lumut daun telah mengatakan kemajuan dengan adanya struktur batang serta daun sederhana, tanpa jaringan pengangkut.
Lumut menyukai kawasan yang teduh dan lembab, contohnya tembok, permukaan batuan, genteng, dan kulit pohon. Di kawasan yang miskin zat organik pun Lumut tetap sanggup hidup di kawasan yang mengandung sedikit zat organik, asalkan mempunyai kelembaban yang cukup. Karena sifat toleran yang sangat tinggi tersebut, maka lumut sanggup tumbuh dimana-mana. Inilah yang menjadi alasan mengapa lumut disebut flora kosmopolit.
Talus berwarna hijau alasannya adanya klorofil menimbulkan lumut bisa melaksanakan sintesis senyawa organik dengan pinjaman sinar matahari. Jadi, lumut bersifat autotrof alasannya tidak bergantung pada organisme lain. Lumut menghasilkan spora sebagai alat perkembangbiakan.
Pada talus penggalan atas lumut yang sudah remaja akan terbentuk tubuh penghasil spora yang dinamakan sporogonium. Sporogonium merupakan perkembangan dari zigot, hasil peleburan spermatozoid yang dibuat oleh anteridium dan ovum yang dibuat oleh arkegonium. Spora dibuat secara meiosis dalam
kotak spora (sporogonium). Jika kotak spora telah masak, dengan gerak higroskopik kotak spora pecah dan spora-spora terlempar keluar. Kemudian spora menyebar pada areal yang luas dengan pinjaman angin. Jika spora jatuh di kawasan lembab akan berkecambah menjadi protonema yang ibarat benang dan tumbuh menjadi lumut baru. Jadi, dalam daur hidupnya lumut mengalami metagenesis atau pergantian keturunan antara generasi gametofit dan generasi sporofit.
Selain secara seksual, lumut juga berkembang biak secara aseksual, yaitu dengan membentuk tunas atau membentuk fragmen talus. Lembaran talus merupakan gametofit alasannya sanggup membentuk arkegonium yang menghsilkan ovum, dan membentuk anteridium yang menghasilkan spermatozoid. Adapun sporogonium yang merupakan hasil pertumbuhan dari zigot merupakan sporofit, alasannya sanggup membentuk spora.
Generasi gametofit mulai dengan spora yang dihasilkan meiosis. Spora ini haploid dan semua sela yang dihasilkan dari sel ini juga haploid termasuk arkegonium dan anteridium (gamet). Jika dua gamet ini melebur membentuk zigot, maka mulailah generasi sporofit. Jumlah kromosom zigot ialah diploid dan semua sel yang diturunkannya melalui mitosis ialah diploid. Kemudian sel-sel tertentu mengalami meiosis yang haploid dan mulailah generasi gametofit.
Demikian perihal Metagenesis Tumbuhan Paku dan Lumut. Semoga bermanfaat
Berbagai Sumber