Pesan-Pesan Perjuangan/Kata Mutiara Dari Para Hero Nasional - foldersoal.com
Monday, 1 June 2015
Edit
Pesan-Pesan Perjuangan/Kata Mutiara dari Para Pahlawan Nasional- Sahabat, jumlah Pahlawan Nasional Indonesia ada 168 yang antara lain : Martha Christina Tiahahu, Harun Thohir (Kopral KKO Harun bin Said, Thohir bin Mandar, Tahir), Radin Inten II (Radin Inten II gelar Kesuma Ratu), Supriyadi (Soedanco Soeprijadi, Suprijadi), Slamet Riyadi (Brigjen. Ignatius Slamet Rijadi), Wolter Monginsidi (Robert Wolter Monginsidi), Halim Perdanakusuma (Marsda. Abdul Halim Perdana Kusuma), R. A. Kartini (Raden Adjeng Kartini, Raden Ayu Kartini), Usman Janatin (Serda. KKO. Oesman Djanatin bin Haji Mohammad Ali), Pierre Tendean (Kapten CZI. Pierre Andreas Tendean), Bau Massepe (Letjen. Andi Abdullah Bau Massepe), I Gusti Ngurah Rai (Brigjen I Gusti Ngurah Rai), Iswahyudi (Marsma. R. Iswahjoedi), Arie Frederik Lasut (A.F. Lasut), Adisucipto (Marsda. Mas Agustinus Adisoetjipto), Ranggong Daeng Romo, Supeno (Soepeno), Pattimura (Kapitan Pattimura, Thomas Matulessy), Sudirman (Jenderal Besar Raden Soedirman), dan Pahlawan Nasioanal yang lain, namun kali ini saya akan mengarsipkan pesan usaha dari 15 Pahlawan Nasional, sebagai berikut :
1. Pesan Perjuangan dari Pahlawan Nasional Nyi Ageng Serang
Nyi Ageng Serang berjulukan orisinil Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi (Serang, Purwodadi, Jawa Tengah, 1752 - Yogyakarta, 1828) ialah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia ialah anak Pangeran Natapraja yang menguasai wilayah terpencil dari kerajaan Mataram tepatnya di Serang yang kini wilayah perbatasan Grobogan-Sragen. Setelah ayahnya wafat Nyi Ageng Serang menggantikan kedudukan ayahnya. Nyi Ageng Serang ialah salah satu keturunan Sunan Kalijaga, ia juga mempunyai keturunan seorang Pahlawan nasional yaitu Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara. Ia dimakamkan di Kalibawang, Kulon Progo. Ia pendekar nasional yang hampir terlupakan,mungkin alasannya ialah namanya tak sepopuler R.A. Kartini atau Cut Nyak Dhien tapi ia sangat berjasa bagi negeri ini.Warga Kulon Progo mengabadikan monumennya di tengah kota Wates berupa patungnya yang sedang menaiki kuda dengan gagah berani membawa tombak.
Pesan Perjuangan Nyi Ageng Serang : “ Untuk keamanan dan kesentausaan jiwa, kita harus mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan tidak akan terperosok hidupnya, dan tidak akan takut menghadapi cobaan hidup, alasannya ialah Tuhan akan selalu menuntun dan melimpahkan anugerah yang tidak ternilai harganya “.
( Disampaikan pada dikala Nyi Ageng Serang mendengarkan keluhan keprihatinan para pengikut / rakyat, akhir perlakuan kaum penjajah ).
2. Pesan Pahlawan Nasional Jenderal Sudirman
Jenderal Besar Raden Soedirman (EYD: Sudirman; lahir 24 Januari 1916 – meninggal 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun ialah seorang perwira tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Menjadi panglima besar Tentara Nasional Indonesia pertama, ia secara luas terus dihormati di Indonesia. Terlahir dari pasangan rakyat biasa di Purbalingga, Hindia Belanda, Soedirman diadopsi oleh pamannya yang seorang priyayi. Setelah keluarganya pindah ke Cilacap pada tahun 1916, Soedirman tumbuh menjadi seorang siswa rajin; ia sangat aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, termasuk mengikuti aktivitas kepanduan yang dijalankan oleh organisasi Islam Muhammadiyah. Saat di sekolah menengah, Soedirman mulai memberikan kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi, dan dihormati oleh masyarakat alasannya ialah ketaatannya pada Islam. Setelah berhenti kuliah keguruan, pada 1936 ia mulai bekerja sebagai seorang guru, dan kemudian menjadi kepala sekolah, di sekolah dasar Muhammadiyah; ia juga aktif dalam kegiatan Muhammadiyah lainnya dan menjadi pemimpin Kelompok Pemuda Muhammadiyah pada tahun 1937. Setelah Jepang menduduki Hindia Belanda pada 1942, Soedirman tetap mengajar. Pada tahun 1944, ia bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang disponsori Jepang, menjabat sebagai komandan batalion di Banyumas.Baca selengkapnya di https://id.wikipedia.org/wiki/Soedirman
Pesan Perjuangan dari jenderal Sudirman : “ Tempat saya yang terbaik ialah ditengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan perjuangan. Met of zonder Pemerintah Tentara Nasional Indonesia akan berjuang terus”.
( Disampaikan pada jam-jam terakhir sebelum jatuhnya Yogyakarta dan
Jenderal Sudirman dalam keadaan sakit, ketika menjawab pernyataan
Presiden yang menasihatinya supaya tetap tinggal di kota untuk dirawat
sakitnya ).
3. Pesan Pahlawan Nasional Prof. DR. R. Soeharso
Prof. Dr. Suharso (lahir di Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, 13 Mei 1912 - meninggal di Solo, Jawa Tengah, 27 Februari 1971 pada umur 58 tahun) ialah dokter mahir bedah, pendekar nasional Indonesia, dan pendiri Pusat Rehabilitasi Profesor Dokter Suharso yang merupakan daerah merawat penderita cacat jasmani.
Pesan usaha dari Prof. Dr. Suharso : “ Right or Wrong my country, lebih-lebih kalau kita tahu, negara kita dalam keadaan bobrok, maka justru dikala itu pula kita wajib memperbaikinya “.
( Pernyataannya sebagai seorang nasionalis dan patriot ).
4. Pesan Perjuangan Prof. Moh. Yamin, SH
Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H. (lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903 – meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun) ialah sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan mahir aturan yang telah dihormati sebagai pendekar nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan penggagas Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia
Pesan usaha dari Prof. Mohammad Yamin : “ Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong, tetapi benar-benar didukung oleh kekuatan-kekuatan yang timbul pada akar sejarah bangsa kita sendiri “.
( Disampaikan pada konggres II di Jakarta tanggal 27-28 Oktober 1928 yang
dihadiri oleh aneka macam perkumpulan perjaka dan pelajar, dimana ia menjabat
sebagai sekretaris ).
5. Pesan Perjuangan dari Supriyadi
Soeprijadi/Supriyadi (lahir di Trenggalek, Jawa Timur, 13 April 1923 - tidak diketahui) ialah pendekar nasional Indonesia dan pemimpin pemberontakan pasukan Pembela Tanah Air (PETA) terhadap pasukan pendudukan Jepang di Blitar pada Februari 1945. Ia ditunjuk sebagai Menteri Keamanan Rakyat dalam Kabinet Presidensial, tetapi digantikan oleh Imam Muhammad Suliyoadikusumo pada 20 Oktober 1945 alasannya ialah Supriyadi tidak pernah muncul. Bagaimana dan di mana Supriyadi wafat, masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Soeprijadi )
Pesan Perjuangan dari Supriyadi : “ Kita yang berjuang jangan sekali-kali mengharapkan pangkat, kedudukan ataupun honor yang tinggi“.
( Disampaikan pada dikala Supriyadi memimpin pertemuan diam-diam yang dihadiri beberapa anggota Peta untuk melaksanakan pemberontakan melawan pemerintah Jepang ).
6. Pesan Perjuangan dari Teuku Nyak Arif
Teuku Nyak Arif ialah Pahlawan Nasional Indonesia. Ia juga merupakan Residen/gubernur Aceh yang pertama periode 1945–1946. Pada masa usaha kemerdekaan Indonesia, dikala Volksraad (parlemen) dibentuk, Teuku Nyak Arif terpilih sebagai wakil pertama dari Aceh. Teuku Nyak Arief dilahirkan di Ulèë Lheue, Kutaraja (sekarang Banda Aceh) pada tanggal 17 Juli 1899. Ayahnya ialah seorang Ulèë Balang berjulukan Teuku Nyak Banta, ibunya berjulukan Cut Nyak Rayeuk. Kedudukan Teuku Nyak Banta ialah sebagai Panglima Sagi 26 Mukim wilayah Aceh Besar.
Dalam keadaan sakit Teuku Nyak Arief masih memikirkan tawanan lainnya dan keadaan rakyat Aceh pada umumnya. T. Nyak Arif meninggal pada tanggal 4 Mei 1946 di Takengon. Ia sempat berpesan kepada keluarganya: "Jangan menaruh dendam, alasannya ialah kepentingan rakyat harus diletakkan di atas segala-galanya". Jenazahnya dibawa ke Kutaraja dan dikebumikan di tanah pemakaman keluarga di Lamreung, dua kilometer dari Lamnyong. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Teuku_Nyak_Arif )
Selain pesan tersebut, Teuku Nyak Arif juga memberikan pesan usaha yang disampaikan pada pidato bulan Maret 1945, dimana Teuku Nyak Arifmenjadi Wakil Ketua dewan perwakilan rakyat seluruh Sumatera, yang isi pesannya : “ Indonesia merdeka harus menjadi tujuan hidup kita bersama “
7. Pesan Perjuangan dari Abdul Muis
Abdoel Moeis (bahasa Arab: عبد المعز 'Abd Al-Mu'iz) (lahir di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, 3 Juli 1883 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun) ialah seorang sastrawan, politikus, dan wartawan Indonesia. Dia merupakan pengurus besar Sarekat Islam dan pernah menjadi anggota Volksraad mewakili organisasi tersebut. Abdul Muis dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional yang pertama oleh Presiden RI, Soekarno, pada 30 Agustus 1959. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Abdoel_Moeis )
Pesan Perjuangan dari Abdul Muis : “ Jika orang lain bisa, saya juga bisa, mengapa pemuda-pemuda kita tidak bisa, jikalau memang mau berjuang “.
( Menceritakan pengalamannya di luar negeri kepada para pemuda
di Sulawesi, ketika Abdul Muis melaksanakan kunjungan ke Sulawesi sebagai
anggota Volksraad dan sebagai wakil SI ).
8. Pesan Pahlawan Nasional Pangeran Sambernyowo / KGPAA Mankunegoro I
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I alias Pangeran Sambernyawa alias Raden Mas Said (lahir di Kraton Kartasura, 7 April 1725 – meninggal di Surakarta, 28 Desember 1795 pada umur 70 tahun) ialah pendiri Praja Mangkunegaran, sebuah kadipaten agung di wilayah Jawa Tengah bab timur, dan Pahlawan Nasional Indonesia. Ayahnya berjulukan Pangeran Arya Mangkunegara Kartasura dan ibunya berjulukan R.A. Wulan.
Julukan Pangeran Sambernyawa diberikan oleh Nicolaas Hartingh, gubernur VOC, alasannya ialah di dalam peperangan RM. Said selalu membawa ajal bagi musuh-musuhnya.
Ia menikah dengan seorang perempuan petani berjulukan Rubiyah, yang terkenal dengan julukannya "Matah Ati"
Pesan Perjuangan dari Pangeran Sambernyowo / KGPAA Mankunegoro I :
9. Pesan Pahlawan Nasional Pattimura
“Pattimura-pattimura bau tanah boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-pattimura
muda akan bangkit”
( Disampaikan pada dikala akan digantung di Kota Ambon tanggal 16 Desember 1817 ).
10. Pesan Pahlawan Nasional Silas Papare
“Jangan sanjung aku, tetapi teruskanlah perjuanganku”
( Disampaikan pada dikala memperjuangkan Irian Barat / Papua semoga terlepas dari belenggu kolonialisme Belanda dan kembali bergabung dengan NKRI).
11. Pesan Perjuangan dari Bung Tomo
“Jangan memperbanyak lawan, tetapi perbanyaklah kawan”.
(Pidato Bung Tomo melalui Radio Pemberontakan)
“Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang sanggup membikin secarik kain putih merah dan putih maka selama itu kita tidak akan mau mengalah kepada siapapun juga.”
(Pidato Bung Tomo di radio pada dikala pertempuran menghadapi Inggris di Surabaya bulan November 1945)
12. Gubenur Suryo
“Berulang-ulang telah kita katakan, bahwa perilaku kita ialah lebih baik hancur daripada dijajah kembali”
(Pidato Gubernur Suryo di radio menjelang pertempuran 10 November 1945
di Surabaya)
13. Soekarno
“Berikan saya 1000 orang tua, pasti akan kucabut Semeru dari akarnya. Dan berikan saya 10 pemuda, pasti akan kuguncangkan dunia.”
“Bangsa yang besar ialah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.”
(Pidato Hari Pahlawan 10 November 1961)
“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak sanggup berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka”
(Pidato HUT Proklamasi 1963)
14. Moh. Hatta
“Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata untuk membela cita-cita”
“Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin
pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan
gambar seuntaian pulau di peta. Jangan mengharapkan bangsa lain respek
terhadap bangsa ini, bila kita sendiri gemar memperdaya sesama saudara
sebangsa, merusak dan mencuri kekayaan Ibu Pertiwi.”
15. R.A. Kartini
“Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! 2 patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa saya melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata “Aku tidak dapat!” melenyapkan rasa berani. Kalimat “Aku mau!” menciptakan kita gampang mendaki puncak gunung”.
16. Pesan Perjuangan dari Ki Hajar Dewantara
"Ing Ngarso Sung Tulodo (Di depan memberi contoh), Ing Madyo Mangun Karso (Di tengah memberi semangat), dan Tut Wuri Handayani (Di belakang memberi dorongan)"
(Semboyan yang diajarkan dikala Ki Hajar Dewantara merintis Taman Siswa yang didirikan pada tahun 1922 dan hingga kini masih digunakan dalam dunia pendidikan).
Demikian ihwal Pesan Perjuangan dari 16 Pahlawan Nasional. Semoga bermanfaat Berbagai Sumber
1. Pesan Perjuangan dari Pahlawan Nasional Nyi Ageng Serang
Nyi Ageng Serang berjulukan orisinil Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi (Serang, Purwodadi, Jawa Tengah, 1752 - Yogyakarta, 1828) ialah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia ialah anak Pangeran Natapraja yang menguasai wilayah terpencil dari kerajaan Mataram tepatnya di Serang yang kini wilayah perbatasan Grobogan-Sragen. Setelah ayahnya wafat Nyi Ageng Serang menggantikan kedudukan ayahnya. Nyi Ageng Serang ialah salah satu keturunan Sunan Kalijaga, ia juga mempunyai keturunan seorang Pahlawan nasional yaitu Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara. Ia dimakamkan di Kalibawang, Kulon Progo. Ia pendekar nasional yang hampir terlupakan,mungkin alasannya ialah namanya tak sepopuler R.A. Kartini atau Cut Nyak Dhien tapi ia sangat berjasa bagi negeri ini.Warga Kulon Progo mengabadikan monumennya di tengah kota Wates berupa patungnya yang sedang menaiki kuda dengan gagah berani membawa tombak.
Pesan Perjuangan Nyi Ageng Serang : “ Untuk keamanan dan kesentausaan jiwa, kita harus mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan tidak akan terperosok hidupnya, dan tidak akan takut menghadapi cobaan hidup, alasannya ialah Tuhan akan selalu menuntun dan melimpahkan anugerah yang tidak ternilai harganya “.
( Disampaikan pada dikala Nyi Ageng Serang mendengarkan keluhan keprihatinan para pengikut / rakyat, akhir perlakuan kaum penjajah ).
2. Pesan Pahlawan Nasional Jenderal Sudirman
Jenderal Sudirman
Pesan Perjuangan dari jenderal Sudirman : “ Tempat saya yang terbaik ialah ditengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan perjuangan. Met of zonder Pemerintah Tentara Nasional Indonesia akan berjuang terus”.
( Disampaikan pada jam-jam terakhir sebelum jatuhnya Yogyakarta dan
Jenderal Sudirman dalam keadaan sakit, ketika menjawab pernyataan
Presiden yang menasihatinya supaya tetap tinggal di kota untuk dirawat
sakitnya ).
3. Pesan Pahlawan Nasional Prof. DR. R. Soeharso
Prof. Dr. Suharso (lahir di Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, 13 Mei 1912 - meninggal di Solo, Jawa Tengah, 27 Februari 1971 pada umur 58 tahun) ialah dokter mahir bedah, pendekar nasional Indonesia, dan pendiri Pusat Rehabilitasi Profesor Dokter Suharso yang merupakan daerah merawat penderita cacat jasmani.
Pesan usaha dari Prof. Dr. Suharso : “ Right or Wrong my country, lebih-lebih kalau kita tahu, negara kita dalam keadaan bobrok, maka justru dikala itu pula kita wajib memperbaikinya “.
( Pernyataannya sebagai seorang nasionalis dan patriot ).
4. Pesan Perjuangan Prof. Moh. Yamin, SH
Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H. (lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903 – meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun) ialah sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan mahir aturan yang telah dihormati sebagai pendekar nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan penggagas Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia
Pesan usaha dari Prof. Mohammad Yamin : “ Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong, tetapi benar-benar didukung oleh kekuatan-kekuatan yang timbul pada akar sejarah bangsa kita sendiri “.
( Disampaikan pada konggres II di Jakarta tanggal 27-28 Oktober 1928 yang
dihadiri oleh aneka macam perkumpulan perjaka dan pelajar, dimana ia menjabat
sebagai sekretaris ).
5. Pesan Perjuangan dari Supriyadi
Soeprijadi/Supriyadi (lahir di Trenggalek, Jawa Timur, 13 April 1923 - tidak diketahui) ialah pendekar nasional Indonesia dan pemimpin pemberontakan pasukan Pembela Tanah Air (PETA) terhadap pasukan pendudukan Jepang di Blitar pada Februari 1945. Ia ditunjuk sebagai Menteri Keamanan Rakyat dalam Kabinet Presidensial, tetapi digantikan oleh Imam Muhammad Suliyoadikusumo pada 20 Oktober 1945 alasannya ialah Supriyadi tidak pernah muncul. Bagaimana dan di mana Supriyadi wafat, masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Soeprijadi )
Pesan Perjuangan dari Supriyadi : “ Kita yang berjuang jangan sekali-kali mengharapkan pangkat, kedudukan ataupun honor yang tinggi“.
( Disampaikan pada dikala Supriyadi memimpin pertemuan diam-diam yang dihadiri beberapa anggota Peta untuk melaksanakan pemberontakan melawan pemerintah Jepang ).
6. Pesan Perjuangan dari Teuku Nyak Arif
Teuku Nyak Arif ialah Pahlawan Nasional Indonesia. Ia juga merupakan Residen/gubernur Aceh yang pertama periode 1945–1946. Pada masa usaha kemerdekaan Indonesia, dikala Volksraad (parlemen) dibentuk, Teuku Nyak Arif terpilih sebagai wakil pertama dari Aceh. Teuku Nyak Arief dilahirkan di Ulèë Lheue, Kutaraja (sekarang Banda Aceh) pada tanggal 17 Juli 1899. Ayahnya ialah seorang Ulèë Balang berjulukan Teuku Nyak Banta, ibunya berjulukan Cut Nyak Rayeuk. Kedudukan Teuku Nyak Banta ialah sebagai Panglima Sagi 26 Mukim wilayah Aceh Besar.
Dalam keadaan sakit Teuku Nyak Arief masih memikirkan tawanan lainnya dan keadaan rakyat Aceh pada umumnya. T. Nyak Arif meninggal pada tanggal 4 Mei 1946 di Takengon. Ia sempat berpesan kepada keluarganya: "Jangan menaruh dendam, alasannya ialah kepentingan rakyat harus diletakkan di atas segala-galanya". Jenazahnya dibawa ke Kutaraja dan dikebumikan di tanah pemakaman keluarga di Lamreung, dua kilometer dari Lamnyong. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Teuku_Nyak_Arif )
Selain pesan tersebut, Teuku Nyak Arif juga memberikan pesan usaha yang disampaikan pada pidato bulan Maret 1945, dimana Teuku Nyak Arifmenjadi Wakil Ketua dewan perwakilan rakyat seluruh Sumatera, yang isi pesannya : “ Indonesia merdeka harus menjadi tujuan hidup kita bersama “
7. Pesan Perjuangan dari Abdul Muis
Abdoel Moeis (bahasa Arab: عبد المعز 'Abd Al-Mu'iz) (lahir di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, 3 Juli 1883 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun) ialah seorang sastrawan, politikus, dan wartawan Indonesia. Dia merupakan pengurus besar Sarekat Islam dan pernah menjadi anggota Volksraad mewakili organisasi tersebut. Abdul Muis dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional yang pertama oleh Presiden RI, Soekarno, pada 30 Agustus 1959. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Abdoel_Moeis )
Pesan Perjuangan dari Abdul Muis : “ Jika orang lain bisa, saya juga bisa, mengapa pemuda-pemuda kita tidak bisa, jikalau memang mau berjuang “.
( Menceritakan pengalamannya di luar negeri kepada para pemuda
di Sulawesi, ketika Abdul Muis melaksanakan kunjungan ke Sulawesi sebagai
anggota Volksraad dan sebagai wakil SI ).
8. Pesan Pahlawan Nasional Pangeran Sambernyowo / KGPAA Mankunegoro I
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I alias Pangeran Sambernyawa alias Raden Mas Said (lahir di Kraton Kartasura, 7 April 1725 – meninggal di Surakarta, 28 Desember 1795 pada umur 70 tahun) ialah pendiri Praja Mangkunegaran, sebuah kadipaten agung di wilayah Jawa Tengah bab timur, dan Pahlawan Nasional Indonesia. Ayahnya berjulukan Pangeran Arya Mangkunegara Kartasura dan ibunya berjulukan R.A. Wulan.
Julukan Pangeran Sambernyawa diberikan oleh Nicolaas Hartingh, gubernur VOC, alasannya ialah di dalam peperangan RM. Said selalu membawa ajal bagi musuh-musuhnya.
Ia menikah dengan seorang perempuan petani berjulukan Rubiyah, yang terkenal dengan julukannya "Matah Ati"
Pesan Perjuangan dari Pangeran Sambernyowo / KGPAA Mankunegoro I :
- Rumongso melu handarbeni ( merasa ikut mempunyai )
- Wajib melu hangrungkebi ( wajib ikut mempertahankan )
- Mulat sario hangroso wani ( mawas diri dan berani bertanggung jawab ).
9. Pesan Pahlawan Nasional Pattimura
“Pattimura-pattimura bau tanah boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-pattimura
muda akan bangkit”
( Disampaikan pada dikala akan digantung di Kota Ambon tanggal 16 Desember 1817 ).
10. Pesan Pahlawan Nasional Silas Papare
“Jangan sanjung aku, tetapi teruskanlah perjuanganku”
( Disampaikan pada dikala memperjuangkan Irian Barat / Papua semoga terlepas dari belenggu kolonialisme Belanda dan kembali bergabung dengan NKRI).
11. Pesan Perjuangan dari Bung Tomo
“Jangan memperbanyak lawan, tetapi perbanyaklah kawan”.
(Pidato Bung Tomo melalui Radio Pemberontakan)
“Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang sanggup membikin secarik kain putih merah dan putih maka selama itu kita tidak akan mau mengalah kepada siapapun juga.”
(Pidato Bung Tomo di radio pada dikala pertempuran menghadapi Inggris di Surabaya bulan November 1945)
12. Gubenur Suryo
“Berulang-ulang telah kita katakan, bahwa perilaku kita ialah lebih baik hancur daripada dijajah kembali”
(Pidato Gubernur Suryo di radio menjelang pertempuran 10 November 1945
di Surabaya)
13. Soekarno
“Berikan saya 1000 orang tua, pasti akan kucabut Semeru dari akarnya. Dan berikan saya 10 pemuda, pasti akan kuguncangkan dunia.”
“Bangsa yang besar ialah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.”
(Pidato Hari Pahlawan 10 November 1961)
“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak sanggup berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka”
(Pidato HUT Proklamasi 1963)
14. Moh. Hatta
“Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata untuk membela cita-cita”
“Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin
pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan
gambar seuntaian pulau di peta. Jangan mengharapkan bangsa lain respek
terhadap bangsa ini, bila kita sendiri gemar memperdaya sesama saudara
sebangsa, merusak dan mencuri kekayaan Ibu Pertiwi.”
15. R.A. Kartini
“Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! 2 patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa saya melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata “Aku tidak dapat!” melenyapkan rasa berani. Kalimat “Aku mau!” menciptakan kita gampang mendaki puncak gunung”.
16. Pesan Perjuangan dari Ki Hajar Dewantara
"Ing Ngarso Sung Tulodo (Di depan memberi contoh), Ing Madyo Mangun Karso (Di tengah memberi semangat), dan Tut Wuri Handayani (Di belakang memberi dorongan)"
(Semboyan yang diajarkan dikala Ki Hajar Dewantara merintis Taman Siswa yang didirikan pada tahun 1922 dan hingga kini masih digunakan dalam dunia pendidikan).
Demikian ihwal Pesan Perjuangan dari 16 Pahlawan Nasional. Semoga bermanfaat Berbagai Sumber